CHRISTIAN CONFERENCE OF ASIA (CCA) DI STT HKBP PEMATANGSIANTAR

“PURSUING : ECO – JUSTICE MOVEMENT : UPLIFTING DEDICATION AND ACTION” NATIONAL YOUTH PROGRAMME : ECUMENICAL LEADERSHIP FORMATION AND SPIRITUALITY

 

STT HKBP PEMATANGSIANTAR, 29 APRIL – 01 MEI 2024 Kegiatan CHRISTIAN CONFERENCE OF ASIA (CCA)  dilaksanakan.  Kegiatan tersebut ada 8 Session, setiap kegiatan berlangsung di awali dengan Ibadah .  Adapun 8 session tersebut :

  • Session 1: Biblical Reflection: Nurturing Eco-Spiritual and UpholdingEco-Justice (Rev. Toffler Sijabat)

Dalam sesi ini, pembicara menghantarkan dua konsep utama, yakni spiritualitas ekologi dan keadilan ekologi, di mana keduanya diresapi melalui nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang ditemukan dalam Alkitab. Pembicara menyampaikan bahwa dalam Alkitab, konsep penciptaan, perawatan alam, dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan sering kali disorot dan ini mencakup peran manusia sebagai pengelola bumi (bdk. Kej. 2:15) dan panggilan untuk menjaga dan merawat ciptaan Tuhan. Pembicara membangun ruang refleksi tentang bagaimana ajaran-ajaran agama, seperti doa, meditasi, dan ritual keagamaan, dapat membantu seseorang untuk terhubung lebih dalam dengan alam dan menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem; bagaimana komunitas keagamaan dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan isu-isu lingkungan hidup dan mendorong tindakan nyata untuk melindungi alam; bagaimana nilai-nilai seperti kasih sayang, tanggung jawab, dan keadilan, yang ditemukan dalam Alkitab, dapat diterapkan dalam konteks perlindungan lingkungan hidup; bagaimana ketidakseimbangan ekologi, seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan ketimpangan sosial, mengancam kesejahteraan manusia dan lingkungan; serta bagaimana para delegasi dapat bertindak untuk memperbaikinya. Diskusi melalui sesi ini juga turut dilengkapi dengan penghantaran pemahaman tentang langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh individu dan komunitas keagamaan untuk mendukung pelestarian lingkungan dan keadilan ekologi, seperti mengadopsi praktik hidup berkelanjutan, mendukung kampanye perlindungan lingkungan, dan berpartisipasi dalam program penghijauan. Meskipun tantangan lingkungan yang dihadapi dunia saat ini besar, ada ruang untuk harapan dan optimisme.

  • Session 2: Ecumenism: Uniting Faiths for Collective Action (Rev. Dedi Pardosi)

Dalam sesi ini, pembicara menyoroti pentingnya kerjasama lintas agama dalam menanggapi tantangan global dan mempromosikan perdamaian, keadilan, dan keberlanjutan. Pembahasan dimulai dengan penekanan pada pentingnya dialog dan pengertian antar agama. Pembicara menegaskan bahwa meskipun ada perbedaan doktrin dan praktik antara agama-agama, banyak nilai inti yang berlaku di seluruh kepercayaan. Ini termasuk nilai-nilai seperti kasih sayang, keadilan, perdamaian, dan perhatian terhadap lingkungan. Pembahasan yang disampaikan juga memusatkan perhatian pada kesamaan yang hadir dan muncul sebagai landasan untuk kerjasama lintas agama. Salah satu area di mana kerjasama lintas agama dapat sangat efektif adalah dalam upaya perlindungan lingkungan. Pembicara mengutarakan bahwa terdapat banyak agama yang mengajarkan hal yang sama perihal tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Tuhan dan kerjasama dalam menghadapi krisis lingkungan seperti perubahan iklim dapat memberikan dampak yang kuat. Melalui kolaborasi antar agama, masyarakat dapat bekerja bersama untuk memperjuangkan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan peningkatan kesejahteraan bagi semua orang. Pembicara juga menyampaikan bahwa dalam banyak kasus, agama-agama memiliki ajaran yang menekankan pentingnya melayani yang miskin dan terpinggirkan. Agama-agama sering kali dapat berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik dan mempromosikan perdamaian. Melalui dialog dan kolaborasi antar agama, upaya perdamaian dapat didorong dengan lebih efektif, terutama di daerah yang terkena dampak konflik agama. Selain hanya berbicara, penting juga untuk membahas tindakan nyata yang dapat diambil oleh pemimpin agama dan penganutnya untuk memperkuat kemitraan lintas agama. Ini meliputi proyek-proyek bersama untuk membantu yang membutuhkan, kampanye lingkungan, kegiatan kemanusiaan, dan upaya lain yang mempromosikan kerjasama.

  • Session 3: Health and Healing: Harmony in Creation (Dr. Ronald Lalthanmawia)

Dalam sesi ini, pembicara memulai dengan penekanan pada pandangan holistik tentang kesehatan, yang mencakup keseimbangan fisik, mental, emosional, dan spiritual. Keselarasan dengan ciptaan juga menjadi bagian integral dari kesehatan holistik ini. Pembicara menjelaskan bahwa kesehatan manusia tidak dapat dipisahkan dari kesehatan alam. Ketergantungan manusia pada lingkungan yang sehat dan berkelanjutan menjadi fokus, serta bagaimana praktek-praktek yang merusak lingkungan dapat merusak kesehatan manusia. Alam memberikan banyak sumber daya untuk penyembuhan fisik dan mental manusia. Pembicara turut mengutarakan bahwa diskusi tentang penggunaan terapi alam, seperti hutan terapi, terapi taman, atau terapi air dapat mencakup bagaimana koneksi dengan alam dapat mempercepat proses penyembuhan. Penyakit dan ketidakseimbangan ekologi sering kali terkait erat. Perubahan iklim, polusi, kerusakan habitat, dan kehilangan keanekaragaman hayati semuanya dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan menyebabkan penyakit. Banyak agama memiliki ajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dengan ciptaan Tuhan. Ini mencakup pandangan tentang makanan, olahraga, istirahat, serta praktik spiritual untuk menjaga kesehatan. Restorasi lingkungan juga dapat berkontribusi pada penyembuhan manusia. Misalnya, program restorasi lahan basah atau hutan dapat membantu mengurangi risiko banjir, meningkatkan kualitas udara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

  • Photo Kegiatan Tanggal, 29 April 2024 :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Session 4: Youth Reflection on “Dwelling in Harmony with God’s Creation” (Ms. Yuliana Benu)

Dalam sesi ini, pembicara mencoba untuk mengajak pemuda untuk dapat merenungkan tentang ajaran dan nilai-nilai agama mereka yang menekankan pentingnya merawat alam sebagai bagian dari panggilan spiritual mereka. Ini mencakup kutipan dari Alkitab atau ajaran-ajaran spiritual yang mendorong tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan. Pemuda dapat mempertimbangkan tantangan lingkungan global saat ini, seperti perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi lingkungan, sebagai panggilan untuk bertindak. Ini menjadi kesempatan untuk merenungkan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian dan pemulihan lingkungan. Pemuda dapat merenungkan bagaimana mereka dapat menggunakan bakat dan keterampilan mereka untuk merancang solusi yang berkelanjutan dan efektif. Pemuda dapat mempertimbangkan peran pendidikan dan kesadaran lingkungan dalam membentuk sikap dan perilaku mereka terhadap alam. Ini mencakup pengalaman belajar di alam, program pendidikan lingkungan, dan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan. Pemuda dapat merenungkan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin masa depan dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Ini menjadi kesempatan untuk memikirkan bagaimana keputusan dan tindakan mereka saat ini dapat mempengaruhi masa depan ciptaan Tuhan. Pemuda dapat merenungkan bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan generasi sebelumnya untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Pemuda dapat merenungkan tindakan konkret yang dapat mereka ambil untuk menjaga harmoni dengan ciptaan Tuhan, termasuk praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, partisipasi dalam kampanye lingkungan, dan advokasi kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan.

  • Session 5: Navigating Challenge: Impacts of Globalization and Climate Change (Mr. Emanuel Simbolon)

Dalam sesi ini, diskusi dimulai dengan mengeksplorasi bagaimana globalisasi, dengan meningkatnya perdagangan internasional, mobilitas manusia, dan pertumbuhan ekonomi, telah berdampak pada lingkungan. Ini mencakup pemikiran tentang degradasi lingkungan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan peningkatan polusi. Pembahasan selanjutnya mencakup perubahan iklim dan dampaknya yang semakin terasa di seluruh dunia. Peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan ancaman bagi ketahanan pangan dan air menjadi fokus utama. Dilanjutkan dengan merenungkan keterkaitan antara globalisasi dan perubahan iklim. Misalnya, pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara berkembang seringkali diimbangi dengan peningkatan emisi karbon, yang berkontribusi pada pemanasan global. Diskusi tentang dampak globalisasi dan perubahan iklim tidak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga pada tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh komunitas di seluruh dunia. Hal ini termasuk kerentanan terhadap bencana alam, migrasi yang dipicu oleh perubahan iklim, dan ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya. Meskipun tantangan yang dihadapi besar, pembahasan juga mencakup potensi inovasi dan solusi untuk mengatasi dampak negatif globalisasi dan perubahan iklim. Kesadaran akan isu-isu seperti konsumsi berkelanjutan, pengurangan jejak karbon, dan dukungan terhadap kebijakan lingkungan sangatlah penting.

  • Session 6: Youth Voices from Medan: Engaging in Enviromental Stewardship (Rev. Maeda & Mikael Sihotang)

Dalam sesi ini, diskusi dimulai dengan mengeksplorasi tantangan lingkungan yang dihadapi. Pembahasan mencakup polusi udara, limbah plastik, deforestasi, atau masalah lain yang memengaruhi kualitas lingkungan hidup di daerah tersebut. Pembahasan dilanjutkan dengan menyoroti peran yang dimainkan oleh pemuda dalam menjaga lingkungan. Pembicara mengagitasi pemuda untuk dapat berbagi ide dan inovasi mereka dalam menjaga lingkungan. Pembahasan juga mencakup pentingnya pendidikan dan pemberdayaan pemuda dalam upaya pelestarian lingkungan. Pemuda diajak untuk dapat berbicara tentang pentingnya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi secara efektif. Diskusi tentang tema ini juga turut menyoroti pentingnya kolaborasi antar-pemuda dan jaringan kerja untuk menciptakan dampak yang lebih besar dalam upaya pelestarian lingkungan. Pembahasan diakhiri dengan merenungkan tantangan yang dihadapi oleh pemuda dalam melanjutkan upaya mereka dalam pelestarian lingkungan, serta harapan mereka untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan.

  • Photo Kegiatan Tanggal, 30 April 2024.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Session 7: Conversational Talk: Empowering Ecumenical Youth Leadership and Navigating Intergenerational Dynamics within Church Communities (Rev. Melinda Siahaan & Mikael Sihotang)

Dalam sesi ini, pembahasan dimulai dengan penekanan pada pentingnya memperkuat peran pemuda dalam kepemimpinan ekumenis. Pemuda dijelaskan memiliki potensi yang besar untuk membawa inovasi, energi, dan perspektif baru dalam mempromosikan persatuan dan kerjasama antar-agama. Pembahasan berlanjut dengan mengeksplorasi strategi untuk membangun jembatan antara generasi dalam komunitas gereja. Ini termasuk memfasilitasi dialog terbuka antara pemuda dan pemimpin gereja senior, menciptakan kesempatan untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman, serta membangun kemitraan yang inklusif. Pembahasan juga menekankan pentingnya mencari titik kesamaan dan memprioritaskan misi bersama dalam melayani dan membangun komunitas gereja. Pembahasan juga mencakup upaya untuk memberdayakan pemuda melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan kepemimpinan. Ini mencakup program pembinaan, pelatihan kepemimpinan, dan pendampingan oleh pemimpin gereja senior. Pembahasan tentang tema ini juga mempertimbangkan pentingnya kolaborasi ekumenis dalam memberdayakan pemuda. Ini termasuk partisipasi dalam kegiatan lintas-agama, kerjasama antar-gereja, dan dukungan terhadap program-program ekumenis yang menekankan inklusi pemuda. Pembahasan diakhiri dengan merumuskan langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh gereja-gereja untuk lebih memperkuat peran dan kontribusi pemuda dalam kepemimpinan ekumenis dan mengelola dinamika antar-generasi dalam komunitas gereja.

  • Session 8: PEMUDA in Action (Ms. Yu Ting Chiu & Mr. Jacob Ngileb)

Dalam sesi ini, pemuda diajak untuk saling berkolaborasi secara keseluruhan dalam ruang diskusi secara bersama-sama dan dalam waktu yang secukupnya. Pemuda dari keenam delegasi yang hadir berkolaborasi untuk mendiskusikan langkah apa yang harus diambil dalam jangka waktu pendek (1 bulan) maupun panjang (6 bulan). Hasil pembahasan dan diskusi yang dijalin setidaknya mampu mencakup konteks Apa, Dimana, Bagaimana, dan Kapan dalam dimensi SMART (Specific, Measureable, Attainable, Realistic, dan Timebound). Akhirnya, setelah melalui alur diskusi yang rumit, para pemuda memutuskan untuk melaksanakan Eco-Green Action dengan menanam Lidah Mertua dalam pelaporan jangka pendek dan Pembuatan Pupuk baik melalui Eco-Enzyme, Magot, maupun Biopory Hole.

  • Photo Kegiatan Tanggal 01 Mei 2024.

 

#rilis by : MLG#


Sumber : http://stt-hkbp.ac.id/berita/detail/christian-conference-of-asia-cca-di-stt-hkbp-pematangsiantar